Curug Caweni ini terletak di Kecamatan Cidolog sekitar 70 KM dari Kota Sukabumi, Curug Caweni ini sangat indah untuk dikunjungi dan mudah dijangkau karena tempatnya dekat dari jalan raya dand iantara rimbunnya hutan alami dan perkampungan tradisional yang asri, serta dikelilingi pegunungan yang hijau berseri. Selain keindahannya curug ini juga menyimpan sejuta misteri yang sebagian orang menganggapnya sebagai mistis. Mungkin karena di Curug Caweni ini terdapat batu yang menyerupai manusia sedang berdoa.
Dibalik itu semua banyak cerita misteri yang disebarkan dari mulut kemulut, seperti Pernah suatu saat Curug Caweni dimanfaatkan untuk PLTA, tapi hanya berlangsung sebentar, karena orang bertugas menjaganya meninggal disana karena suatu hal yang tidak masuk akal. Di Curug Caweni pun terdapat sebuag goa yaitu Goa Kopeah (topi) yang jaraknya sangat dekat sekali dengtan Curug tersebut. Ada sebuah fenomena yang sangat menakjubkan, yaitu batu yang bentuknya mirip dengan seekor buaya dan pendangan yang lebih indah lagi sebuah batu yang sangat luas seperti lukisan alam. Namun kami mengumpulkan cerita asal muasal curug caweni ini. Silahkan sahabat anehdidunia.com menyimak terjadinya curug caweni ini.
Curug Caweni memiliki ketinggian terjunan air sekitar 15 m. Salah satu ciri khas Curug Caweni adalah adanya sebuah batu setinggi 7 m yang terdapat di tengah-tengah air terjun. Konon batu tersebut adalah Arca Caweni, putri yang pernah berkuasa di Cidolog. Nama Caweni atau cawene dalam bahasa sunda berarti 'randa bengsrat', janda yang masih suci karena berpisah sebelum melakukan hubungan intim dengan suaminya.
Dahulu kala di sebuah desa ada seorang putri bernama putri Caweni, Dia adalah seorang wanita yang sangat cantik, setiap orang yang melihatnya pasti akan merasa kagum dan tertarik. Tetapi sayang sekali, ada suatu hal yang aneh pada diri putri Caweni tersebut karena di dalam tubuhnya terdapat seekor ular gaib yang mematikan, sehingga setiap laki-laki yang menikah dengan di dapat dipastikan akan meninggal karena digigit oleh ular tersebut. Ular itu menyebarkan bisa atau racun yang mematikan, konon putri Caweni itu telah menikah 99 kali.
Suatu hari, putri Caweni ingin meninggalkan desa karena sudah bingung dan orang-orang pun sudah banyak yang membicarakan perihal keanehan yang ada pada dirinya. Putri Caweni akhirnya memilih untuk meninggalkan desa tempat kelahirannya, sebelum pergi, dia membawa serta binatang peliharannya yaitu itik (meri) dan anjing serta tidak ketinggalan dia membawa kasur untuk tempat tidurnya.
Dalam perjalanannya, putri Caweni menyusuri sebuah aliran sungai tanpa tujuan yang pasti, setelah sekian lama berjalan, dia akhirnya kelelahan dan memilih untuk beristirahat sejenak untuk melepaskan rasa lelahnya. Dicarinya tempat yang aman dan teduh, kemudian dibukannya gulungan kasur yang dibawanya untuk dijadikan tempat tidur. Setelah sekian lama berisitirahat dan rasa lelahnya telah hilang, maka perjalannya dilanjutkan kembali, tapi kasur yang tadi dipakainya ditinggalkan begitu saja, mungkin terlalu berat untuk dibawa terus. Dari peristiwa tersebut sahabat anehdidunia.com, tempat itu akhirnya disebut dengan Leuwi Kasur. Menurut masyarakat setempat leuwi ini sangat dalam dan pernah ada seorang laki-laki yang memancing, ketika mendapat seekor ikan yang amat besar dan berusaha mengangkatnya tapi yang terjadi malah laki-laki itu terbawa oleh pancingannya karena tidak kuat menahannya dan akhirnya laki-laki itu pun tenggelam di leuwi itu.
Selama perjalanannya yang cuku jauh dan menguras tenaga putri Caweni, akhirnya diputuskan untuk beristirahat yang kedua kalinya untuk menghilangkan rasa lelah yang amat sangat. Setelah dirasa kuat lagi, maka dilanjutkan lagi perjalannya, namun Anjing yang dia bawa tidak mau ikut serta, akhirnya ditinggalkannya, dan tempat itu akhirnya diberi nama Curug Anjing, karena bentuknya seperti seekor anjing yang sedang jongkok.
Teman dalam perjalanannya tinggalah seekor itik yang masih setia menemaninya, namun ketika istirahat yang berikutnya, itik yang menemaninya itu malah keasyikan berenang disebuah leuwi dan tidak mau ikut lagi, akhirnya tempat tersebut dikenal dengan nama Leuwi Meri. Akhirnya ketika melanjutkan perjalanannya, dia tidak hanya seorang diri atanapa teman lagi. Langkahnya akhirnya membawa dirinya kesebuah curug/air terjun. Putri Caweni itu berusaha untuk mendaki atau menaiki curug tersebut, akan usahanya selalu gagal karena jalan yang dia tempuh terlalu terjal dan licin, arus curug itu pun sangat deras, sehingga sulit untuk dilalui serta membahayakan keselamatan dirinya.Putri Caweni ini akhirnya merasa putus asa. Dalam keputusasaannya, tiba-tiba muncul seorang pemuda dari Cikaso yang bernama Pangeran Boros Kaso dari golongan menak (bangsawan). Dalam pertemuannya itu akhirnya menimbulkan benih-benih cinta diantara kedunya. Mereka akhirnya sepakat untuk menikah, tapi Putri Caweni itu memberikan syarat yang harus dipenuhi oleh Pangeran Boros Kaso dan disanggupinya. Adapun syarat yang diajukan yaitu Pangeran Boros Kaso harus bersabar menunggu dirinya, sampai usahanya berhasil mencapai curug yang sedari tadi ingin didakinya. Selama usahanya mendaki curug tersebut, selalu gagal, akhirnya diputuskan untuk menunggu banjir yang besar dengan perkiraan akan mempermudah dirinya utnuk mencapai curug itu.
Menunggu dan menuggu, itulah yang dikerjakan yang dilakukan Putri Caweni itu, tapi banjir besar yang diharapkan tak kunjung datang juga. Padahal Panegaran Boros Kaso sudah tak sabar untuk menunggu kedatangan dirinaya. Putri Caweni tak patah arang, dia yakin banjir akan datang, tidak sedikitpun dirinya bergerak ditempat itu, sehingga saking lamanya debu-debu mulai berterbangan hinggap dibdannya yang putih bersih, semakin lama debu tersebut menempel, maka lama kelamaan tubuh Putri Caweni itu berubah menjadi batu yang kemudian menjadi sebuah patung atau arca.